Koordinasi Koperasi Yogyakarta

Yogyakarta, 20 Maret 2025 –koordinasi koperasi yang diadakan di Ruang Rapat Ongkowijoyo, Dinas Perindustrian Koperasi UKM Kota Yogyakarta, berhasil mengumpulkan berbagai pemangku kepentingan untuk membahas tantangan dan peluang dalam pengembangan koperasi di wilayah Yogyakarta.

Koordinasi dibuka oleh Bu Emy, yang menekankan pentingnya kolaborasi antar koperasi untuk mencapai tujuan bersama

Dalam koordinasi tersebut, diungkapkan bahwa tidak semua koperasi tumbuh dengan baik. Beberapa koperasi, terutama yang bergerak di bidang simpan pinjam, mengalami masalah serius, termasuk tidak adanya simpanan yang mengakibatkan praktik rentenir. Hal ini menjadi perhatian utama, dan perlu ada langkah untuk mengembalikan koperasi ke marwahnya.

Pak prabowo menyampaikan ketidakpuasan terhadap kondisi koperasi saat ini. Ia menekankan perlunya fokus dan revitalisasi koperasi melalui pembentukan kementerian koperasi yang lebih kuat. Ia juga menginformasikan tentang program “Koperasi Merah Putih” yang akan dilaksanakan di 7000 desa, serta komitmen Pak Hasto untuk mengembangkan koperasi di Indonesia.

Koordinasi juga membahas program unggulan yang mendorong koperasi untuk bertransformasi menjadi koperasi sektor rill. Kerjasama dengan koperasi besar, seperti koperasi Wiworo, diharapkan dapat meningkatkan kapasitas dan produk yang dijasilkan oleh anggota koperasi. Di Yogyakarta, terdapat 346  koperasi, dengan 200 di antaranya aktif, dan 75% merupakan koperasi karyawan.

Koperasi diharapkan dapat lebih aktif dalam mengkoordinasikan anggotanya, terutama dalam pamera UMKM. Bu Emy juga menginformasikan bahwa telah dilakukan komunikasi dengan tiga koperasi besar untuk menjalin kerjasama dalam memasarkan produk makanan kering, dengan syarat memiliki PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga).

Masalah pengurusan PIRT di Yogyakarta menjadi perhatian, terutama terkait pengujian air yang masih lambat. Hanya 16% masyarakat yang menggunakan PDAM, dan perlu ada dorongan untuk meningkatkan penggunaan PDAM guna menghindari masalah kesehatan seperti e coli bacteria yang dapat menyebabkan stunting.

Koordinasi juga menyoroti pentingnya koperasi no simpan pinjam atau koperasi konsumen yang memiliki peran dalam pemasaran. Ditekankan bahwa koperasi simpan pinjam tidak akan dimitrakan, dan perlu dilakukan perubahan dalam ADART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga) untuk meningkatkan efektivitas koperasi.

Koordinasi di harapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat koperasi di Yogyakarta, dengan fokus pada revitalisasi, kerjasama, dan pengembangan produk yang sesuai dengan kebutuhan anggota. Semua pihak di harapkan dapat berkontribusi dalam mewujudkan koperasi yang lebih baik dan berdaya saing.